Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Arsjad menilai Indonesia memiliki peran vital untuk menjadi penengah sekaligus memberikan terobosan untuk pemulihan ekonomi dan meredam panasnya suhu politik dunia, termasuk bisa menimalisir kesenjangan antara negara maju dan berkembang.
Hal itu disampaikan pada penutupan rangkaian konferensi B20 Summit di Bali, Selasa (15/11/2022).
"Indonesia mengedepankan agenda-agenda yang berhubungan dengan negara berkembang. Karena selama ini lebih banyak di-drive oleh negara maju. Karena itulah, isu UMKM yang di presidensi sebelumnya tidak begitu diperhatikan sekarang kami kedepankan," jelasnya dalam keterangan tertulis, Rabu (16/11/2022).
Arsjad menyampaikan B20 merumuskan tiga komunike, yakni inovasi untuk pertumbuhan pasca-krisis yang adil, penyertaan UMKM dan kelompok rentan untuk pembangunan berkelanjutan, dan kolaborasi negara maju dan berkembang untuk pertumbuhan yang tangguh dan berkelanjutan.
"Kami menyajikan B20 komunike sebagai seruan untuk bertindak bagi para pemimpin G20," tandasnya.
Baca Juga: Desa Kebonsari, Borobudur Uji Coba Wisata Budaya Bambu
Sementara itu, Presiden Joko Widodo yang turut hadir dalam penutupan B20 mendorong agar Kadin tidak pesimistis akan adanya pandemi.
"Ternyata 10 bulan kemudian ada krisis perang, ada krisis pangan, ada krisis energi dan keuangan. Tapi kita bersyukur, Indonesia di kuartal II masih tumbuh 5,44 persen dan kuartal III tumbuh 5,72 persen. Inflasi juga terkendali. Ekonomi kita akan terus tumbuh," ujarnya.
Jokowi menyebutkan Indonesia perlu membuat strategi utama untuk terus mendorong nilai tambah. Pertama hilirisasi, industrialisasi dan membangun nilai tambah untuk negara maupun penciptaan lapangan kerja.