Merawat Tradisi Perayaan Imlek di Gereja Katholik Kutoarjo

- Kamis, 2 Februari 2023 | 09:26 WIB
Gelaran pertunjukan barongsai pada rangkaian perayaan Imlek, di depan Gereja Katholik Santo Yohanes Rasul, jalan Marditomo, Kelurahan Kutoarjo, Kecamatan Kutoarjo (SM/Hafidz Kurnia)
Gelaran pertunjukan barongsai pada rangkaian perayaan Imlek, di depan Gereja Katholik Santo Yohanes Rasul, jalan Marditomo, Kelurahan Kutoarjo, Kecamatan Kutoarjo (SM/Hafidz Kurnia)

PURWOREJO, suaramerdeka-kedu.com - Dari sudut Alun-alun Kutoarjo terdengar sayup-sayup suara khas pukulan Tambur yang beradu dengan simbal dan dengungan gong.

Suasana hening di pusat perkotaan Kutoarjo pada Selasa (31/1) sore itu seketika pecah oleh harmonisasi ketiga alat musik tersebut.

Para warga lalu berduyun-duyun melihat apakah dan darimanakah gerangan alunan musik ala Tionghoa itu berasal.

Pusat suara tersebut ternyata berasal dari pertunjukan barongsai yang tepat berada di depan Gereja Katholik Santo Yohanes Rasul, jalan Marditomo, Kelurahan Kutoarjo, Kecamatan Kutoarjo.

Tampak ada 5 naga barongsai yang melakukan sejumlah atraksi di hadapan para penonton yang mengelilingi. Pertunjukan berlangsung selama kurang lebih 45 menit, dan selesai saat menjelang adzan magrib.

Lima barongsai warna ungu, pink, kuning, merah dan oranye itu lalu membubarkan diri ke arah depan gedung Paroki di samping gereja bersama para penabuh musiknya.

Para penonton kemudian juga ikut bubar, ada yang jalan kaki, ada yang naik kendaraan lalu pergi, tapi ada juga penonton yang masuk ke area gereja setelah pertunjukan selesai.

Para penonton yang masuk ke gereja itu akan melakukan peribadatan misa Imlek. Pertunjukan barongsai itu juga merupakan salah satu rangkaian dari perayaan Imlek di gereja tersebut.

Setelah pertunjukan barongsai selesai, para jemaat lalu berbaris masuk ke dalam gereja. Tampak 3 sampai 4 orang panitia yang terlihat sudah senior menyalami para jemaat yang masuk.

Salah satu yang menyalami para jemaat tersebut adalah Ketua panitia misa Imlek yakni Herman Susanto. Bagi Herman, perayaan ini bukan hanya sekedar agenda tahunan, namun juga upaya yang dilakukan dirinya bersama para panitia lain untuk merawat tradisi yang diwariskan para pendahulunya.

Para panitia senior
Para panitia senior (SM/Hafidz Kurnia)

Dirinya juga mendapatkan pesan dari pendahulu agar perayaan Imlek di gereja katholik ini jangan sampai hilang. Tradisi ini diketahui sudah berjalan sekitar 10 tahun yang lalu.

"Sudah lama, sudah sekitar 10 kali perayaan Imlek ini. Dikhawatirkan akan hilang jika tidak dilanjutkan. Dapat pesan agar diteruskan jangan sampai hilang, jika terlanjur berhenti jadi tidak lanjut, mau lanjut sulit," kata Herman sambil menyalami para jemaat.

Salah satu cara melestarikan tradisi misa Imlek yang dipimpin oleh Romo Fransiskus Josep Pontoh, Yohanes Leksono Wibowo, dan Antonius Heru Jati Wahyuno ini, Herman melibatkan para pemuda dalam kepanitiaan.

Halaman:

Editor: M. Nur Chakim

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bupati Magelang Lantik 269 Kepsek

Senin, 29 Mei 2023 | 15:06 WIB

Ratusan Pengusaha Siap Ramaikan MLF 2023

Rabu, 24 Mei 2023 | 12:38 WIB
X