MAGELANG, suaramerdeka-kedu.com - MESKI menyakitkan, menjadi korban pemberhentian hubungan kerja (PHK) di tengah pandemi Covid-19 tak membuat Slamet Rozikin (23) patah semangat.
Ia justru bangkit dengan menekuni hobinya dan menjadikannya peluang usaha yang menjanjikan.
Awal pandemi, Slamet diberhentikan oleh tempatnya bekerja di PT Gramedia Surabaya.
Setelah di-PHK dia menetap di rumah dan mencoba mencari pekerjaan ke sana kemari, tapi sulit mendapat pekerjaan karena situasi pandemi.
Tak patah arang, pria yang tinggal di Dusun Bundisan RT 02/RW 11 Kelurahan Balekerto, Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang ini mencoba menekuni apa yang menjadi hobinya dulu, yakni membuat miniatur motor dan mobil.
Di waktu luang ia pun coba menggeluti pembuatan miniatur sepeda motor berbaban kaset CD bekas.
Slamet mengaku, awalnya hanya iseng namun menjadi peluang usaha yang menghasilkan uang.
Sebab, ternyata kerajinannya laku dibeli oleh anak kecil di lingkungan sekitarnya. Akhirnya ia menjadikan hal tersebut sebagai usaha sejak bulan Mei 2020.
“Saya tertarik dengan miniatur dari dulu dan sering melihat video di Youtube tentang miniatur. Lalu saya iseng mencoba membuat mainan miniatur sepeda motor menggunakan kaset cd bekas, ternyata diminati oleh anak-anak. Sejak di-PHK, maka saya geluti aja usaha ini," ujarnya di rumahnya.
Bahan utama yang digunakan untuk membuat miniatur adalah paralon PVC yang lebih tebal dan kuat.
Proses pembuatan miniatur terbilang susah dan memakan banyak waktu, karena pembuatan secara manual dengan alat seadanya dan dibuat sendiri tanpa campur tangan orang lain.
“Untuk pembuatan miniatur dibuat saya sendiri secara manual, dari penyiapan bahan, penentuan skala dan detail mobilnya, pembuatan mobil, pengecatan, finishing, hingga pengiriman," katanya.
Slamet menjelaskan, proses pembuatan miniatur cukup panjang. Diawali membuat gambar untuk menentukan ukuran mobil yang akan dibuat.
Setelahnya paralon dipotong-potong dan diluruskan menggunakan setrika, kemudian digambar sesuai pola mobil.
Setelah itu, paralon dibentuk sedemikian rupa menggunakan alat seperti gerenda, pisau, dan lainnya.
Untuk menggabungkan paralon yang sudah dibentuk menggunakan lem G. Lanjut pembuatan jok kursi mobil dan juga pembuatan roda dari bahan dalaman ban dengan kawat.
"Jika semua sudah selesai dirakit mobilnya, pintu bisa ditutup buka, roda bisa belok kanan kiri, diamplas agar bersih dan rapi. Setelah itu baru masuk ke tahap pengecatan yang dilakukan 2 kali baru finishing," jelasnya yang menyebutkan lama pembuatan satu miniatur bisa satu pekan hingga satu bulan.
Terkait strategi pemasaran, Slamet mengaku mengandalkan media sosial seperti facebook, Instagram, dan whatsapp.
Ia unggah foto karyanya yang sudah jadi. Sejak mulai usaha hingga saat ini sudah lebih dari 50 buah miniatur ia jual.
“Apabila ada yang ingin pesan bisa sesuai dengan model yang diinginkan. Harga untuk setiap miniatur tergantung pada tingkat kesulitan dan ukuran pembuatannya. Harganya sekitar Rp 500.000 hingga jutaan rupiah," ungkapnya.