Apa indikator keberhasilan pemijat? Bagi Partiman ialah membikin rasa sakit pasien mereda, syukur-syukur hingga pasien tidur pulas. Menghilangkan penyakit pasien, Partiman menegaskan bukanlah kewajiban.
Dua indikator itu jadi tolok ukur untuk bersaing dalam perebutan gelar Grand Master Pijat. Selain, tentu, gerakan pijat yang dilakukan. Partiman, warga Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, turut dalam perburuan gelar Grand Master Pijat.
Gelar itu bikinan lembaga pelatihan terapis asal Jakarta, Kanjeng Massage Indonesia (KMI), lewat lomba pijat skala nasional. Bukan sistem audisi, melainkan KMI mengundang sejumlah terapis untuk berlomba.
Pria usia 48 tahun itu tengah bersiap melakoni lomba pijat di Jakarta, 27-28 Agustus mendatang. Bersama enam pemijat lainnya, Partiman menjadi wakil Jawa Tengah dan Yogyakarta pada ajang tersebut. Mereka harus berkompetisi dengan kontingen Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
“Target saya di Jakarta tidak muluk-muluk, cuma lima besar. Karena, dengan masuk lima besar, (biaya) pulang pergi Jakarta-Bali gratis,” ujar Partiman di rumahnya, Dusun Juru Sawah, Desa Menoreh, Kamis (18/8/2022).
Baca Juga: Aranaa, Kreasi Sukulen ala Mahasiswa Untidar
Bali jadi lokasi acara puncak lomba pijat sekaligus penasbihan Grand Master Pijat kepada juara terpilih. Final utama ini berlangsung November 2022. “Target di Bali saya nggak muluk-muluk, 10 besar saja. Karena 10 besar dari kompetisi ini dibawa ke Kerajaan Brunei. Saya bisa memijat anggota kerajaan,” imbuhnya.
Untuk lolos lomba pijat di Jakarta, Partiman sebelumnya melewati tahap pertama lomba di Yogyakarta pada Juli 2022. Dia mendapatkan juara 3.
Career Switch Partiman
Fenomena career switch bukanlah hal baru. Ini dialami pula oleh Partiman yang sejak kisaran 1984 menekuni dunia konstruksi. Tepatnya menjadi kuli bangunan hingga kontraktor. Pekerjaan terakhir masih digeluti sampai sekarang.