MAGELANG, SUARA MERDEKA - Sejumlah umat Buddha baru pertama kali merayakan Waisak Nasional 2566 BE di Candi Borobudur, Senin (16/5). Mereka sengaja datang dari luar Magelang demi pengalaman perayaan yang baru.
Seperti Joenathan Tanumihardja (34), umat yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mengaku baru pertama kali merayakan Waisak di Candi Borobudur. Kendati mengunjungi situs warisan dunia tersebut pernah dilakukan sebelumnya.
"Saya sendirian ke sini. Sampai Magelang kemarin (Minggu, 15 Mei 2022)," ujarnya.
Selama dua tahun terakhir, Joenathan bilang hanya merayakan Waisak di rumah. Terlebih, katanya, tidak ada kegiatan kebaktian di wihara tempatnya tinggal.
Begitu juga dengan Eddy Kurniawan (34), umat asal Jakarta. Eddy sendiri selama dua tahun terakhir merayakan Waisak di rumah secara virtual.
Baca Juga: 2.022 Lampion Akan Terbang Saat Waisak di Candi Borobudur
"Saya berangkat dengan 13 rombongan, campur-campur daerah asalnya," ucapnya.
Serupa dengan perayaan Waisak sebelum pandemi Covid-19, para jemaat melakukan kirab api abadi Mrapen dan air suci Umbul Jumprit menuju Candi Borobudur. Kedua materi tersebut disemayamkan di Candi Mendut terlebih dahulu, masing-masing Sabtu (14/5) dan Minggu (15/5).
Sampai di Taman Lumbini, ribuan umat Buddha menanti datangnya detik-detik Waisak pukul 11.13. Dipimpin biksu Dutavira Mahasthavira, detik-detik Waisak ditandai dengan pemukulan gong tiga kali.
Ketua Umum Walubi, Siti Hartati Murdaya mengatakan, sesuai dengan tema Waisak "Jalan Kebijaksanaan Menuju Kebahagiaan Sejati," manusia perlu merasakan nikmatnya hidup penuh kesabaran dan memperoleh kekuatan kebijaksanaan yang berguna bagi orang lain demi mendapat pencerahan damai.