MAGELANG, suaramerdeka-kedu.com - Buto dan lelembut merecoki gelaran dolanan anak malam itu. Orang-orang berlarian lintang-pukang, ketakutan dan dikejar-kejar
para dedemit.
Jeritan dan jeritan bertebaran. Suasana kian ngeri kala dalam ruangan joglo merembang warna merah.
Buto dan lelembut segera pergi begitu mendapatkan sesajen. Dengan perasaan lega, dan agak was-was, orang-orang itu melanjutkan lagi bermain dolanan anak.
Baca Juga: Pemkab Wonosobo Dirikan Enam Posko
Gareng, Petruk, dan Bagong tak luput ambil bagian. Rama Semar hanya "menonton" dari balik kelir.
Fragmen di atas adalah bagian dari kisah pergelaran wayang kardus bertitel "Sirnaning Pagebluk ing Bumi Pertiwi". Dalang Ki Sogol Nur Slamet memimpin pementasan berdurasi sekitar 90 menit tersebut di Balkondes Giritengah, Kecamatan Borobudur, Rabu (22/12).
Pergelaran wayang kardus adalah hasil lokakarya peningkatan kompetensi permainan rakyat di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur dengan tajuk "Bermain Bayang Wayang."
Baca Juga: Merawat Dolanan Anak, Merawat Kegembiraan
Kegiatan ini diinisiasi oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kemendikbud Ristek selama 15-23 Desember 2021.
Para pemain wayang datang dari sembilan desa di Kecamatan Borobudur. Desa Bigaran, Bumiharjo, Candirejo, Giritengah, Giripurno, Karanganyar, Kebonsari, Sambeng, dan Wringinputih. Mereka bersatu atas perhatian yang sama: kepedulian akan permainan tradisional.