MAGELANG, SUARA MERDEKA – Aksi kejahatan jalanan yang dipicu dari media sosial marak terjadi di Kabupaten Magelang belakangan ini. Seluruh pelakunya masih berstatus anak-anak atau pelajar. Menurut Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), mereka tidak bijak dalam menggunakan media sosial dan kekurangan kemampuan berpikir kritis.
Tawuran antarpelajar di wilayah Kecamatan Mungkid, Jumat (10/3) lalu, misalnya. Tawuran yang melibatkan antara pelajar SMK asal Kecamatan Salam dan Kecamatan Borobudur. Aksi mereka bahkan terekam kamera gawai dan viral di media sosial.
Kepala Polresta Magelang Kombes Pol Ruruh Wicaksono mengatakan, kekerasan dipicu oleh pelajar SMK asal Kecamatan Salam yang mengajak siapa saja untuk tawuran melalui instagram. Pelajar SMK asal Kecamatan Borobudur lantas menyambut tantangan itu.
"Ada 15 orang dari masing-masing sekolah ketemu di wilayah Srowol. Ada tiga orang yang kami amankan dari SMK asal Kecamatan Borobudur. Kami amankan barang bukti celurit dan semacam parang," beber Ruruh saat dihubungi Suara Merdeka, Sabtu (11/3/2023).
Baca Juga: Tawuran Pelajar di Mungkid Magelang: Dipicu Tantangan di Instagram
Tiga orang yang ditahan adalah RS (19), AN (16), dan KA (17). Sedangkan pelajar SMK asal Kecamatan Salam yang membuka tantangan tawuran, Ruruh menyampaikan, belum ditemukan.
Fida Nastiti, perwakilan dari Mafindo Magelang Raya, menuturkan anak-anak atau pelajar sebenarnya tahu maksud konsep bijak dalam menggunakan medsos. Namun, Fida bilang faktanya tidak begitu.
"Saat kami minta diperlihatkan riwayat chat discord, isinya kata-kata kasar semua. Dan, bully di dunia siber lebih ngeri efeknya terhadap mental daripada secara lisan," bebernya, Rabu (15/3/2023).
Menurut Fida, kurangnya kemampuan berpikir kritis turut memicu kekerasan yang melibatkan anak-anak. "Proses berpikir secara logis, kritis, kurang sekali. Karena tidak ada bimbingan dari orang tua atau pihak yang lebih paham," sambungnya.
Baca Juga: Klitih di Grabag Magelang, Pelaku Pelajar SMP
Orang tua sendiri tidak mengawasi anaknya dalam menggunakan medsos. Mereka juga mengalami masalahnya sendiri, seperti kecanduan bermain gawai dan membedakan antara informasi yang benar dan hoaks.